VincenTragosta - Tanya, Jawab, dan Belajar Tanpa Batas Logo

In Sosiologi / Sekolah Menengah Atas | 2025-07-03

bentuk rekayasa sosial yang terjadi selama masa pandemi Covid-19

Asked by Missiy9595

Answer (4)

non-elastic: paper,pencil,electronic gadgets,pen,bottles,lunch box,wood,spectacles,glass. elastic: balloon, rubber band,iron,aluminium,..most metals with large conductivity.(on the basis of elasticity).

Answered by Riyo13 | 2024-06-10

This answer provides examples of elastic and inelastic goods to illustrate economic concepts.
Elastic Goods:

Fast Food
Clothing
Electronics
Vacations
Gym Memberships

Inelastic Goods:

Gasoline
Medicine
Toilet Paper
Electricity
Water

Answered by PratikshaS | 2024-06-24

Elastic goods are items that people can live without and will decrease in demand when prices rise, while inelastic goods are necessities that people will continue to buy even when prices increase. Examples of elastic goods include luxury items and entertainment, whereas inelastic goods include essential items like gasoline and food. Recognizing these classifications aids in understanding consumer purchasing behavior in relation to price changes.
;

Answered by Riyo13 | 2024-12-22

Jawaban:Pandemi COVID-19 menciptakan lingkungan yang ideal bagi berbagai bentuk rekayasa sosial, memanfaatkan rasa takut, ketidakpastian, dan kebutuhan informasi yang meluas di masyarakat. Berikut beberapa bentuk rekayasa sosial yang muncul selama pandemi: 1. Penyebaran Misinformasi dan Disinformasi: Informasi palsu (misinformation) dan informasi yang disalahartikan (disinformation) terkait virus, pengobatan, dan vaksin menyebar luas melalui media sosial dan pesan berantai. Klaim palsu tentang pengobatan ajaib atau teori konspirasi mengenai asal-usul virus menciptakan kepanikan dan ketidakpercayaan terhadap otoritas kesehatan. 2. Penipuan dan Phishing: Pelaku kejahatan memanfaatkan situasi pandemi untuk melakukan penipuan daring. Mereka mengirimkan email atau pesan palsu yang mengatasnamakan lembaga kesehatan atau pemerintah, meminta informasi pribadi atau keuangan dengan dalih bantuan atau informasi terkait COVID-19. Teknik ini seringkali melibatkan phishing, di mana korban ditipu untuk memberikan informasi sensitif. 3. Manipulasi Emosi: Rekayasa sosial juga memanfaatkan emosi masyarakat, seperti rasa takut, kekhawatiran, dan keputusasaan. Pesan-pesan yang dirancang untuk memanipulasi emosi ini dapat mendorong orang untuk mengambil tindakan yang merugikan diri sendiri atau orang lain, seperti membeli produk yang tidak terbukti efektif atau mengabaikan protokol kesehatan. 4. Eksploitasi Kebutuhan: Pandemi menciptakan kebutuhan baru di masyarakat, seperti masker, hand sanitizer, dan peralatan medis. Pelaku kejahatan memanfaatkan kebutuhan ini dengan menjual produk palsu atau dengan harga yang sangat tinggi, atau dengan melakukan penipuan terkait penjualan produk tersebut. 5. Rekayasa Sosial dalam Kebijakan Publik: Kebijakan pemerintah terkait pandemi, seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) atau kebijakan karantina, juga dapat menjadi sasaran rekayasa sosial. Informasi yang salah atau menyesatkan mengenai kebijakan ini dapat menciptakan kebingungan dan ketidakpatuhan, menghambat upaya pengendalian pandemi. 6. Rekayasa Sosial melalui Media Sosial: Platform media sosial menjadi tempat penyebaran informasi, baik benar maupun salah, terkait pandemi. Algoritma media sosial dapat memperkuat penyebaran informasi yang salah, menciptakan filter bubbles atau echo chambers yang memperkuat bias dan pandangan yang salah. 7. Rekayasa Sosial dan Vaksinasi: Keengganan terhadap vaksinasi juga dipengaruhi oleh rekayasa sosial. Informasi yang salah tentang efek samping vaksin atau klaim bahwa vaksin tidak efektif dapat menyebabkan penolakan vaksinasi, yang dapat memperpanjang pandemi.

Answered by agusirary | 2025-07-06