VincenTragosta - Tanya, Jawab, dan Belajar Tanpa Batas Logo

In PPKn / Sekolah Menengah Atas | 2025-08-04

Tulislah isi pidato presiden soekarno tentang pancasila di gedung sriwedari surakarta.bantuanya kaka ​

Asked by putridyah347

Answer (1)

Meskipun tidak ada satu naskah pidato historis yang secara spesifik terkenal dengan judul "Pidato Pancasila di Gedung Sriwedari", Presiden Soekarno seringkali menyampaikan dan meneguhkan esensi Pancasila dalam berbagai kunjungannya di seluruh Indonesia, termasuk di Surakarta yang merupakan jantung kebudayaan Jawa.Isi pidato beliau tentang Pancasila, yang paling fundamental dan menjadi rujukan utama dari pidato pada Sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, pada intinya adalah sebagai berikut:Pengajuan Dasar Negara: Soekarno mengusulkan lima prinsip dasar yang disebutnya sebagai Pancasila untuk menjadi Philosophische Grondslag atau dasar falsafah bagi negara Indonesia yang akan merdeka. Ini bukanlah sekadar slogan, melainkan fondasi kokoh tempat negara akan berdiri.Uraian Lima Sila: Beliau menguraikan lima sila tersebut dalam urutan dan dengan istilah asli sebagai berikut:Sila Pertama: Kebangsaan Indonesia. Nasionalisme yang menyatukan seluruh suku, ras, dan golongan dari Sabang sampai Merauke dalam satu kesatuan bangsa.Sila Kedua: Internasionalisme atau Perikemanusiaan. Bangsa Indonesia harus hidup dalam harmoni sebagai bagian dari keluarga besar bangsa-bangsa di dunia, menolak chauvinisme dan penindasan.Sila Ketiga: Mufakat atau Demokrasi. Indonesia bukanlah negara untuk satu orang atau satu golongan, melainkan negara di mana semua rakyat berhak bersuara melalui perwakilan untuk mencapai mufakat.Sila Keempat: Kesejahteraan Sosial. Cita-cita negara untuk mewujudkan keadilan sosial, di mana tidak ada kemiskinan dan setiap warga negara merasakan kesejahteraan.Sila Kelima: Ketuhanan yang Berkebudayaan. Indonesia adalah negara yang ber-Tuhan, di mana setiap warganya bebas memeluk agamanya masing-masing dengan cara yang beradab, toleran, dan saling menghormati.Konsep Trisila dan Ekasila: Soekarno juga menawarkan kemungkinan untuk memeras kelima sila tersebut menjadi tiga (Trisila), yaitu Sosio-nasionalisme, Sosio-demokrasi, dan Ketuhanan. Bahkan, ia menyatakan bahwa inti dari kelima sila tersebut dapat diperas menjadi satu prinsip (Ekasila), yaitu Gotong Royong.PembahasanKonteks Historis pidato Soekarno tentang Pancasila sangatlah krusial. Pidato ini pertama kali dikemukakan pada 1 Juni 1945 di Jakarta, di hadapan sidang BPUPKI, sebuah badan yang bertugas mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Saat itu, para pendiri bangsa sedang berdebat sengit mengenai apa yang akan menjadi dasar negara baru ini. Pidato Soekarno hadir sebagai jawaban yang sintetik dan visioner, merangkul berbagai ideologi besar yang ada (nasionalisme, agama, sosialisme) ke dalam satu wadah falsafah yang digali dari kepribadian bangsa Indonesia sendiri. Pidato di berbagai daerah seperti Surakarta berfungsi untuk menyebarluaskan dan membumikan gagasan luhur ini langsung kepada rakyat.Philosophische Grondslag adalah istilah yang digunakan Soekarno untuk menekankan bahwa Pancasila bukanlah sekadar kompromi politik. Ia adalah sebuah fondasi filosofis yang mendalam, sebuah "dasar statis" yang menyatukan pemikiran dan "leitstar dinamis" atau bintang penuntun yang mengarahkan tujuan bangsa. Dengan meletakkannya sebagai dasar falsafah, Soekarno memastikan bahwa setiap hukum, peraturan, dan kebijakan negara yang akan dibuat haruslah bersumber dan tidak boleh bertentangan dengan kelima nilai fundamental tersebut.Lima Sila yang diuraikan Soekarno mencerminkan sebuah keseimbangan yang utuh. Prinsip Kebangsaan dan Internasionalisme menjaga agar Indonesia mencintai tanah airnya tanpa menjadi sombong dan tetap menghargai bangsa lain. Prinsip Mufakat dan Kesejahteraan Sosial memastikan bahwa demokrasi yang dijalankan adalah demokrasi yang bertujuan untuk kemakmuran rakyat banyak, bukan hanya kebebasan politik semata. Terakhir, sila Ketuhanan menjadi payung moral dan spiritual yang melindungi kehidupan beragama yang toleran di Indonesia, sebuah konsep yang sangat relevan hingga hari ini.Gotong Royong disebut oleh Soekarno sebagai intisari dari Pancasila. Konsep ini dianggap sebagai kepribadian asli bangsa Indonesia. Gotong royong adalah semangat kerja bersama, tolong-menolong, dan bahu-membahu demi kepentingan bersama. Menurut Soekarno, dalam semangat gotong royong, negara didirikan "semua untuk semua, satu untuk semua, semua untuk satu". Di sinilah semua sila melebur: negara yang ber-Tuhan, menjunjung kemanusiaan, bersatu dalam kebangsaan, bermusyawarah, dan bertujuan untuk keadilan sosial, semuanya dapat dicapai melalui kerja bersama.Relevansi pidato Soekarno tentang Pancasila tetap abadi. Setiap kali beliau berpidato di hadapan rakyat, termasuk di tempat bersejarah seperti Sriwedari, tujuannya adalah untuk membakar semangat dan mengingatkan kembali akan cita-cita luhur kemerdekaan. Beliau ingin memastikan bahwa Pancasila tidak hanya menjadi teks mati, tetapi hidup dalam sanubari dan tindakan setiap warga negara. Pidato tersebut adalah panggilan untuk terus merawat persatuan, memperjuangkan keadilan, dan mempraktikkan toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Answered by tegaru89 | 2025-08-04